Tertarikkah anda dengan tampilan blog ini ?

Jumat, 29 April 2011

Kekuatan Doa Istri



Kekuatan pada prinsipnya terbagi menjadi dua bagian, internal dan eksternal. Kekuatan istri secara internal yang digabungkan dengan do‘a yang bersifat kekuatan eksternal menjadi satu kesatuan yang amat dahsyat jika dipadu-padankan secara ritmik. Hingga memunculkan buku “Kekuatan Do‘a Istri” ini, yang Alhamdulillâh mendapatkan apresiasi positif, baik dari Pembaca wanita maupun laki-laki. Sebagai kekuatan yang multidimensional jika digabungkan, keduanya (kekuatan do‘a istri) mampu mengguncangkan langit dunia dan mengembalikan porsi masing-masing individu yang terkait ke tempat semestinya.
Buku ini telah melalui proses penyempurnaan, secara redaksional maupun penambahan seperlunya dari sisi tampilan. Semoga menjadikan apresiasi yang berkelanjutan dan sekaligus membuahkan ide-ide segar yang nantinya melengkapi khazanah intelektual Islam.
Semoga ....

Tidak selamanya roda kehidupan (pernikahan) berjalan dengan mulus sesuai yang direncanakan, dan harapan. Terkadang, jalan yang ditapaki harus terjal, penuh rintangan. Pun, hasilnya. Ada kalanya pula sesuai dengan apa yang kita inginkan, walau tak jarang yang bertentangan. Inilah garis kehidupan yang ketetapan seluruhnya berada dalam genggaman kekuasaan Allah. Oleh karena itu, dibutuhkan kekuatan yang mampu menyelaraskan antara keinginan kita sebagai hamba dengan ketetapan Allah sebagai Penguasa (Rabb). Dan, kekuatan dimaksud adalah do’a istri.
Buku ini secara khusus menguraikan dahsyatnya kekuatan do’a yang disampaikan istri demi kesuksesan suami, dan sekaligus kebahagiaan rumah tangga keduanya. Inilah peranan penting yang seharusnya dijalankan istri dalam mendukung langkah suami menapaki lika-liku kehidupan. Selain itu, di buku yang dilengkapi dengan 33 do’a pilihan istri ini, dijabarkan peran-peran istri lainnya yang sesuai dengan tuntunan Islam.
Membaca dan kemudian mengamalkan isi buku ini akan memberi jaminan bagi adanya perlindungan dari Allah  atas setiap langkah yang dilakukan suami-istri untuk kesuksesan, kebahagiaan, dan kemuliaan rumah tangga keduanya. Insya Allah.


Pengantar Penulis
=====
“Jika Anda ingin hidup bahagia dengan laki-laki,
Anda harus banyak memahaminya.
Jika Anda ingin berbahagia dengan perempuan,
Anda harus lebih banyak mencintainya,
dan jangan coba-coba memahaminya.”
=====
Segala pujian hanya pantas kita sandarkan kepada Allâh Subhânahu wa Ta‘âla, Rabb yang menguasai jiwa manusia. Alhamdulillâh, kalimat inilah yang selayaknya dihaturkan manakala seorang hamba menerima limpahan karunia dari-Nya yang tak terhingga banyaknya, yang tidak mungkin untuk dihitung jumlah maupun bilangannya. Sejak dari nikmat panca indera sampai kenikmatan yang berwujud kekuatan menyikapi segala bentuk problematika yang ada dalam kehidupan ini. Shalawat beserta salam tak lupa kami haturkan bagi Rasul-Nya, Nabi yang senantiasa membimbing umat ke jalan cahaya yang terang-benderang. Yang dengannya umat ini mampu membedakan antara yang haq dengan kebatilan, yang boleh dan tidak untuk dikerjakan. Sebab, beliau-lah satu-satunya manusia pilihan Allâh yang amat sayang kepada umat manusia, seluruhnya.
Buku sederhana ini Penulis susun atas rasa ketertarikan yang sangat kuat untuk menuangkan gagasan di balik ‘kekuatan do‘a seorang istri’. Penulis sadar, bahwa seorang istri atau perempuan pada umumnya merupakan sosok ciptaan Allâh yang dilingkupi dengan kekuatan internal yang amat dahsyat, meski juga dikelilingi dengan sejumlah kelemahan yang sejatinya lebih sebagai peluang bagi kaum laki-laki atau suaminya untuk mengisi kekurangan itu, sebagai fungsinya dalam menapaki tugas kemanusiaan di dalam lingkup keluarga kecilnya. Figur seorang istri begitu lemah dalam pandangan banyak mata, utamanya laki-laki, serta terkadang dalam sudut pandang kaum hawa sendiri.
Itulah mengapa, bagi Penulis, yang sangat mencintai perempuan, sebagaimana pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallâhu Alaihi wa Sallam dalam banyak hadîts beliau, tergerak untuk memberikan sumbangsih pemikiran dan keberanian diri untuk mengungkapkan adanya kekuatan di balik sosok perempuan (istri) yang terlanjur dianggap lemah oleh lawan jenisnya ini. Dengan tidak bermaksud untuk melecehkan rahasia kaum laki-laki, Penulis hendak memorsikan apa yang semestinya ada pada tempat yang sesungguhnya. Sebagaimana sabda beliau Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam,
حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّساَءُ وَالطَّيِّبُ وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِيْ فِي الصَّلاَةِ.
“Telah dianugerahkan kepadaku dari dunia ini kecintaan kepada kaum wanita dan kebaikan, serta ketenangan qalbu dalam pelaksanaan shalat.”[1]
Rasulullah yang sangat bijak juga pernah berpesan dalam sabda beliau lainnya,
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ  ِلأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ  ِلأَهْلِيْ.
“Sebaik-baik kalian adalah siapa yang mampu bersikap baik (proporsional) terhadap keluarganya (istri dan anak-anaknya). Dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku.”[2]
Oleh itu, sudah sepantasnya jika kita sebagai umat Rasulullah berusaha untuk meneladani sikap dan penilaian beliau kepada kaum wanita, utamanya para istri yang beliau muliakan, sebagai Ummahâtul Mu’minîn tentunya.
Semoga sedikit sumbangsih ini bermanfaat, utamanya bagi bertambahnya keridhaan Allâh Subhânahu wa Ta’âla atas diri Penulis. Sebab, hanya itu yang diingini setiap Muslim terhadap amalnya.
Wabillâhittaufîq wal hidâyah ….
Jakarta 21 Desember 2010
Penulis

Pengantar Edisi Revisi
Cetakan Ketiga
Alhamdulillâh, dengan tulus kalimat ini layak kami haturkan, karena respons Pembaca yang positif atas terbitnya buku sederhana ini. Meski di sana sini masih terdapat kekeliruan dan kekurangan, yang itu sesungguhnya membuka peluang untuk kami nantikan bagi adanya masukan, kritik serta saran konstruktif dari Pembaca bagi kemajuan Penulis dalam menuangkan ide berikutnya. Pada cetakan ketiga ini terdapat tambahan “mutual” pada isi, hingga Penulis harap tidak terlalu mengecewakan bagi para Pembaca yang telah memiliki karya ini dalam verci cetakan pertama dan kedua (Senayan Abadi Publishing), dan terlanjur membeli kembali dalam versi terbitan yang baru (Republika Penerbit).
Buku ini pada cetakan pertama dan kedua terbit di Senayan Abadi Publishing. Namun, dalam perjalanan kontrak yang berlaku selama 2 tahun tidak dilakukan cetak ulang kembali–disebabkan satu dan lain hal–hingga berakhirnya masa kontrak, maka sebagai Penulis dan sekaligus pemegang hak cipta atas karya ini, saya memercayakannya kemudian kepada Republika Penerbit, yang diikuti dengan penerbitan karya lanjutan dari Penulis dengan judul “Kekuatan Ikhtiar Suami” (KIS).
Apresiasi tertinggi Penulis sampaikan bagi siapa saja dari Pembaca budiman yang mau kiranya memberikan catatan dan koreksi, guna tercapainya dialog yang sehat, saling mengisi, serta menjadikan barometer yang lebih kuat untuk karya-karya lain di kemudian hari. Penulis sertakan di sini alamat e-mail yang dapat Pembaca hubungi jika ada masukan, saran, kritik maupun koreksi lainnya, demi kebaikan kita bersama, ismailarfat@yahoo.com dan ismailba39adillaharfat@yahoo.co.id.
Tak lupa Penulis haturkan jazâkumullâhu khairan katsîran kepada teman-teman di Penerbit ini dan Penerbit sebelumnya, yang telah memberikan kesempatan dan peluang bagi Penulis untuk menerbitkan karya ini, serta atas apresiasi tertinggi yang Penulis terima. Semoga, amal jariah ini mampu menyelamatkan Penulis serta siapa saja yang terlibat di dalam usaha penyempurnaan penerbitan buku ini.
Âmîn ....

Daftar isi
 Persembahan ...
Pengantar Penulis ...
Daftar Isi …
Prolog ...
Istri Terbaik, Istri Shalihah ...
§      Di Antara Cobaan Dan Pilihan Yang Memaksa …
§      Peran Istri Sebagai Hamba Dalam Prosesi Takdir …
§      Mengapa Anda Harus Dipilih? ...
Hak Istri Yang Terabaikan, Sebuah Kritik ...
§      Kehidupan Ini Menuntut Kita Untuk Memilih …
§      Kekuatan Yang Tak Bertepi …
Kekuatan Sejati Di Balik Kesuksesan Seorang Suami ...
§      Kapan Kita Harus Berdo‘a Dan Kapan Harus Berusaha? …
§      Jika Kita Berdo‘a, Pantaskah Kita Mendurhakai-Nya? …
Motivasi Penting Bagi Setiap Istri ...
§      Do‘a Kita Pasti Didengar Oleh Allâh …
§      Keberpihakan Allâh Kepada Para Istri …
Kekuatan Yang Tidak Bisa Dianggap Enteng ...
§      Mengapa Kita Diperintahkan Untuk Berdo‘a? …
§      Dalam Kesempatan Apa Saja Kita Mampu Menggunakan Do‘a Sebagai Solusi? ...
§      Do‘a Sebagai Fungsi Kekuatan ...
Teraniaya Dalam Cengkeraman Ketidaktahuan Akan Haknya ...
§      Beberapa Catatan Penting ...
Dahsyatnya Do‘a Yang Mengalir Dari Kalbu Seorang Istri ...
33 Do’a Pilihan Istri ...
1.      Do’a Istri Memasuki Malam Pertama Pernikahan ...
2.      Do’a Istri Pada Hari Pertama Menjalani Kehidupan Berumah Tangga ...
3.      Do’a Istri Ketika Melepas Suami Tercinta Berangkat Mencari Nafkah ...
4.      Do’a Istri Agar Suami Terlindung Dari Pengaruh Buruk …
5.      Do’a Istri Untuk Suaminya Yang Tengah Bertugas Di Kota Lain Dan Untuk Sementara Berpisah Dengan Dirinya …
6.      Do’a Istri Agar Suaminya Mau Menerima Kekurangan Yang Ada Pada Dirinya Dan Begitu Juga Sebaliknya …
7.      Do’a Istri Untuk Kebahagiaan Kehidupan Rumah Tangganya …
8.      Do’a Istri Pada Saat Sang Suami Tidak Berada Di Sisinya …
9.      Do’a Istri Di Waktu Mendapati Suaminya Menghadapi Permasalahan Yang Cukup Serius …
10.  Do’a Istri Di Balik Kesuksesan Suaminya …
11.  Do’a Istri Pada Saat Suami Berada Pada Titik Nadir Dalam Kehidupan Perekonomiannya …
12.  Do’a Istri Agar Sang Suami Mendapatkan Jalan Terbaik Dalam Menghidupi Keluarganya …
13.  Do’a Istri Di Waktu Sang Suami Harus Menetapkan Dua Pilihan Yang Dirasa Memberatkan Hatinya …
14.  Do’a Istri Pada Saat Suami Tercinta Menderita Sakit …
15.  Do’a Istri Untuk Memperoleh Keturunan Yang Mulia …
16.  Do’a Istri Dalam Proses Menanti Untuk Mendapatkan Keturunan Yang Mulia …
17.  Do’a Istri Mendapatkan Anugerah Berupa Kehamilan Pertamanya …
18.  Do’a Istri Di Masa-masa Mengandung Anak …
19.  Do’a Istri Menjelang Kelahiran Anak-anaknya …
20.  Do’a Istri Pada Saat Menyaksikan Sang Anak Lahir Ke Muka Bumi Ini …
21.  Do’a Istri Ketika Sang Anak Berada Dalam Ancaman Bahaya …
22.  Do’a Istri Di Kala Sang Anak Mulai Beranjak Dewasa …
23.  Do’a Istri Pada Saat Putri-putrinya Memasuki Masa Menstruasi …
24.  Do’a Istri Ketika Sang Anak Memasuki Usia Remaja …
25.  Do’a Istri Pada Saat Sang Anak Memasuki Kehidupan Berumah Tangga ...
26.  Do’a Istri Menjelang Berpisah Dengan Anak-anaknya Lantaran Proses Pernikahan …
27.  Do’a istri Pada Saat-saat Menjadi Seorang Janda …
28.  Do’a Istri Pada Saat Memsuki Usia Senja Dalam Kehidupan Di Dunia Ini …
29.  Do’a Istri Jika Harus Ditinggalkan Oleh Suami Tercinta Terlebih Dahulu …
30.  Do’a Istri Di Saat Hendak Meninggalkan Orang-orang Yang Dicintai Untuk Selamanya …
31.  Do’a Istri Demi Kebahagiaan Orang-orang Yang Dicintainya Di Akhirat Kelak …
32.  Do’a Istri Agar Orang-orang Yang Dicintainya Terhindar Dari Siksa Api Neraka …
33.  Do’a Istri Agar Diri Dan Keluarganya Mendapatkan Surga Allâh Yang Mahaindah …
Epilog ...
Referensi ...

 Prolog
====
“Semua hal besar biasanya diawali oleh seorang wanita.”
====
          Alhamdulillâh, segala puji dan puja hanya pantas kita haturkan ke hadirat Allâh, Rabb yang memiliki dan telah menciptakan kita pada awalnya dalam kondisi tidak mengerti apa-apa. Kemudian, Dia menganugerahkan kepada kita kemampuan berupa memahami segala sesuatunya dalam tataran proses[3] yang senantiasa berjalan dari awal waktu hingga akhirnya. Sebagaimana Allâh Subhânahu wa Ta‘âla pernah memerintahkan kepada setiap hamba dalam firman-Nya,
سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ.
“Mahasuci Engkau ya Allâh, sungguh tidak ada ilmu yang kami miliki, kecuali apa yang telah Engkau anugerahkan kepada kami. Sebab sesungguhnya hanya Engkau Dzat Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana” (Qs. al-Baqarah [2]: 32).
Shalawat dan salam tidak henti-hentinya pantas kita haturkan untuk junjungan seluruh alam, Nabi akhir zaman, Muhammad bin ‘Abdullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam, juga keluarga beliau yang mulia dan para sahabat yang beliau cintai, serta seluruh umat Islam yang senantiasa beliau khawatirkan kondisi mereka pada masa-masa beliau hidup, sampai menjelang kepulangan beliau ke haribaan-Nya.
Berdo‘a merupakan aktivitas yang harus senantiasa melekat pada diri seorang hamba yang mengaku beriman hanya kepada-Nya. Sebab, tidak ada kekuatan mutlak yang dimiliki oleh hamba selain atas pemberian dan ketentuan dari sisi-Nya. Oleh itu, Allâh Subhânahu wa Ta‘âla sendiri telah berfirman,
قُلْ أَمَرَ رَبِّيْ بِالْقِسْطِ وَأَقِيْمُوْا وُجُوْهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوْهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُوْدُوْنَ.
“Katakanlah, ‘Rabbku memerintahkan untuk menjalankan keadilan.’ Dan katakanlah, ‘Luruskanlah wajah (diri) kalian di setiap pelaksanaan shalat, serta sembahlah Allâh dengan mengikhlaskan ketaatan kalian hanya kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan --demikian pula-lah kalian akan kembali kepada-Nya--’” (Qs. al-A’râf [7], 29).
Pernyataan Allâh Subhânahu wa Ta’âla dalam kandungan ayat di atas menyiratkan makna hakiki yang menandai berfungsinya kekuatan ruhaniah hamba dalam menapaki jalan menuju keridhaan-Nya. Sebab, hanya itulah sesungguhnya yang kita cari dan tuju dalam menjalani kehidupan di alam dunia ini. Dan oleh sebab itu, manusia sebagai hamba sangat membutuhkan adanya kekuatan pembimbing untuk menegakkan keadilan, dan meluruskan niat yang berdaya fungsi kontrol, guna menyemangati kekuatan yang tersedia di dalam dirinya pada saat menghadapi berbagai rintangan yang akan menghadang. Terutama, ketika semangat ikut berperan menyurutkan hamba keluar dari garis yang telah ditetapkan oleh Allâh Subhânahu wa Ta’âla.
Pada kenyataannya pula, setiap hamba harus menghadapi kekuatan eksternal maupun internal ketika hendak menjalani setiap aktivitas dalam kehidupan ini. Kekuatan eksternal dimaksud bias berwujud segala sesuatu yang menggiring hamba menuju kehendak dari siapa atau apa saja yang berusaha untuk mengajaknya. Sementara kekuatan internal yang patut diwaspadai adalah tipu-daya nafsu dan bisikan menyesatkan yang cenderung mengempaskan diri ke pelukan di luar fitrahnya sebagai hamba.
Dengan perasaan takut --tepatnya khawatir-- dan bersemangat, Penulis mencoba untuk membagi pengalaman demi pengalaman yang menjadi pijakan selama ini dalam menjalani proses kehidupan, ‘tanpa dan di dalam’ bimbingan do‘a. Oleh itu, besar harapan Penulis, bahwa karya yang sangat jauh dari kesempurnaan ini mendapat apresiasi proporsional positif yang konstruktif, demi kemajuan kita bersama.
Hanya kepada Allâh Subhânahu wa Ta’âla kita berlindung, dari segala bentuk marabahaya dan usaha penyesatan.


[1] Hadîts riwayat Imam an-Nasâi dan al-Hâkim dari jalur Anas bin Mâlik Radhiyallâhu ‘Anhu. Imam al-Hâkim mengatakan, bahwa status riwayat ini adalah shahîh, sesuai dengan persyaratan Imam Muslim.
[2] Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzî dalam kitab Sunan miliknya, Jilid 5, hadîts nomor 3895. Lebih lanjut Imam at-Tirmidzî berpendapat, bahwa riwayat ini berstatus shahîh.
[3] Baca surah as-Sajdah [32] ayat 7.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar